Baru-baru ini pemerintah menyatakan rencananya untuk menaikkan harga bahan bakar minyak atau yang biasa disebut BBM. Pemerintah berencana menaikkan harga BBM sebesar Rp.1500 pada 1 April mendatang. Pernyataan ini menerima banyak kontra dari semua kalangan masyarakat. Tentu saja,jika harga BBM naik maka ini sama saja mencekik leher masyarakat kalangan menengah bawah. Karena kenaikan harga BBM pasti akan berdampak pada naiknya harga bahan pokok dan inflasi yang tinggi. Namun Bapak Hartadi Sarwono selaku Deputi Gubernur Bank Indonesia menyatakan bahwa kenaikan inflasi ini hanya bersifat sementara. Berikut dijabarkan ulasannya :
JAKARTA, KOMPAS.com — Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Sarwono mengungkapkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pasti akan berdampak pada meningkatnya angka inflasi. Akan tetapi, menurut dia, kenaikan inflasi yang tinggi hanya terjadi saat harga BBM tersebut dinaikkan.
"Apa pun yang dipilih pemerintah dalam pengurangan subsidi itu akan berdampak pada inflasi. Tapi, enggak apa-apa nanti akan kita hitung yang perlu kita jaga jangan sampai second round effect-nya (dampak lanjutan) menjadi terlalu besar. Yang penting harus disadari ini one shock kenaikan inflasinya," ujar Hartadi seusai menghadiri rapat kerja antara Bank Indonesia dan Komisi XI DPR, di DPR, Jakarta, Senin (5/3/2012).
Hartadi menuturkan, masyarakat jangan kaget jika inflasi bisa melebihi batas atas yang ditetapkan pemerintah ketika harga BBM bersubsidi dinaikkan. Inflasi bisa tembus dari 5,5 persen. Namun, kata dia, angka inflasi biasanya akan menurun dalam bulan-bulan berikutnya. Dengan kata lain, dampaknya terhadap inflasi hanya sesaat.
"Jadi jangan kaget nanti inflasi pada shock akan melebihi target atas kita, yakni 5,5 persen. Tapi tadi, dengan kita kendalikan second round effect itu, dia (inflasi) akan kembali menurun," tambah Hartadi.
Dari penelitian BI, dalam waktu tiga bulan, inflasi bulanan biasanya sudah kembali turun meskipun secara angka tahunan (year on year) mungkin belum bisa terlihat. Angka inflasi secara tahunan bisa tetap tinggi. Ini karena ada dampak base line, yakni inflasi tahun lalu rendah, sedangkan inflasi tahun ini tinggi.
"Jadi jangan orang melihat oke (inflasi karena) BBM itu tinggi, itu akan tetap tinggi segitu. Padahal, enggak itu saja yang harus kita sampaikan. Dia (inflasi) bahkan akan kembali turun dan nanti satu tahun kemudian setelah (harga) BBM itu dinaikkan atau apa pun keputusan pengendalian BBM, (inflasi) itu akan kembali sampai pada target rendah. Kita malah ke batas rendah sekarang. Berapa? Secarayear on year-nya akan kembali ke situ," pungkas Hartadi.
Sumber : bisniskeuangan.kompas.com
No comments:
Post a Comment